YESUS KRISTUS
ANAK ALLAH
Keempat Injil dalam Perjanjian Baru, yaitu Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes, memiliki satu tokoh utama yang sama, yaitu Yesus. Masing-masing menulis tentang kehidupan dan ajaran-ajaran Yesus. Yesus begitu mengagumkan hingga saat ini, Ia disegani banyak orang, bahkan ajaran-ajaranNya banyak mempengaruhi dan mengubah kehidupan banyak orang. Orang-orang sangat mengagumi Pribadi yang satu ini, siapa gerangan Yesus yang sebenarnya?, secara singkat dapat dijelaskan bahwa Yesus adalah Anak Allah.
Pada permulaan Injilnya, Markus menyebutkan bahwa Yesus adalah Anak Allah.
Markus 1:1
Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah.
Masih dalam Injil Markus, iblis menyebut Yesus sebagai Anak Allah. Pada saat kematian Yesus, Kepala Pasukan yang memimpin penyaliban Yesus mengakui bahwa Yesus adalah Anak Allah.
Markus 3:11
Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur di hadapan-Nya dan berteriak: "Engkaulah Anak Allah."
Markus 5:7
dan dengan keras ia berteriak: "Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!"
Markus 15:39
Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat mati-Nya demikian, berkatalah ia: "Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!"
Dalam Injil Lukas istilah Anak Allah ditujukan pada Yesus.
Malaikat memberitahukan kepada Maria, bahwa dirinya akan mengandung seorang anak laki-laki karena kuasa Allah, sebab saat itu Maria belumlah menikah dengan Yusuf tunangannya, tetapi ia akan mengandung dan melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Yesus, sesuai dengan nama yang diberikan oleh Malaikat dalam mimpi Maria. Malaikat itu memberitahukan bahwa Yesus akan menjadi Anak Allah Yang Mahatinggi, dan Allah akan mengaruniakan pada Yesus tahta Daud, bapa leluhurNya.
Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, (Lukas 1:30-32)
Satu kesimpulan telah kita dapat mengenai diri Yesus yang sebenarnya, yaitu :
Yesus adalah Anak Allah menurut Malaikat yang diutus oleh Allah kepada Maria.
Pernyataan Malaikat bahwa Yesus adalah Anak Allah Yang Mahatinggi.
Lukas 1:35
Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.
Dalam sebuah daftar keturunan, Tabib Lukas juga menuliskan bahwa Yesus adalah Anak Allah.
Lukas 3:38
anak Enos, anak Set, anak Adam, anak Allah.
Pada Injil Lukas, sebutan Anak Allah, digunakan pula oleh iblis untuk menunjuk kepada Yesus pada waktu Yesus dicobai di padang gurun.
Lukas 4:3
Lalu berkatalah Iblis kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti."
Lukas 4:9
Kemudian ia membawa Yesus ke Yerusalem dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu dari sini ke bawah,
Dalam Lukas 3:22 terdapat pernyataan Allah yang menyatakan bahwa Yesus adalah AnakNya yang dikasihi, hal ini terjadi pada waktu Yesus dibaptis, “Dan terdengarlah suara dari langit: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.”
Dalam Injil Matius, kita juga dapat mengetahui bahwa iblis menyebut Yesus sebagai Anak Allah.
Dari banyak orang keluar juga setan-setan sambil berteriak: "Engkau adalah Anak Allah." Lalu Ia dengan keras melarang mereka dan tidak memperbolehkan mereka berbicara, karena mereka tahu bahwa Ia adalah Mesias. (Matius 4:41)
Jadi sebutan Anak Allah juga diakui dan digunakan oleh iblis untuk menunjuk pada Yesus.
Berbagai pengakuan tentang Yesus Anak Allah diungkapkan pula oleh murid-murid Yesus dan orang banyak pada waktu itu :
Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" (Matius 16:16)
Paulus yang kala itu masih bernama Saulus pada saat pertobatannya langsung memberitakan bahwa Yesus adalah Anak Allah ; Dan setelah ia makan, pulihlah kekuatannya. Saulus tinggal beberapa hari bersama-sama dengan murid-murid di Damsyik. Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. (Kis. 9:19-20)
Kita sudah mendapatkan pernyataan-pernyataan yang menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah, mulai dari Malaikat, Penulis-penulis Injil, Orang Banyak, Para Murid, Setan, dan juga Allah sendiri. Dari dasar firman Tuhan yang tertulis ini, maka kita dapat percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah.
Penulis menganggap bahwa sebutan Anak Allah diakui dan diterima oleh Yesus sendiri sebagai sebutan untuk diriNya, sebab pada waktu pihak lain mengatakan atau menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah, Yesus tidak menolaknya ataupun melarangnya, jika sebutan tersebut salah, maka sudah pasti Yesus telah melarang pihak lain untuk mengucapkannya.
Dalam Kitab Perjanjian Baru penulis tidak menemukan istilah "Allah Anak", namun penulis menemukan banyak sekali tulisan teologi yang menggunakan istilah tersebut untuk menunjuk pada Yesus. Perjanjian Baru menggunakan sebutan "Anak Allah" dan bukan "Allah Anak".
Pada suatu kali Yesus bertanya kepada murid-muridNya tentang siapa diriNya menurut orang-orang, lalu mereka menjawab, “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” (Mat. 16:13-14). Kita memahami mengapa mereka memberikan jawaban yang bervariasi, hal ini disebabkan karena selain ketidaktahuan mereka juga karena yang diperbuat Yesus memang menyerupai orang-orang yang disebutkan oleh orang-orang tersebut. Kemudian Yesus bertanya kepada para murid tentang siapa diriNya,”Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?”, kemudian salah satu diantara mereka, yaitu Petrus menjawab,”Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!”, ternyata jawaban Petrus adalah juga pernyataan Yesus sendiri tentang siapa diriNya, Yesus adalah Anak Allah (Mat. 16:15-17).
YESUS ADALAH FIRMAN YANG MENJADI MANUSIA
Kitab Injil Yohanes adalah satu dari keempat Injil yang mengisahkan Yesus secara lebih mendalam.
Untuk memahami istilah firman yang terdapat Injil Yohanes, kita akan memakai buku yang dikarang oleh Wiliam Barclay dengan judul Pemahaman Alkitab Setiap Hari, Injil Yohanes Pasal 1-7 yang diterbitkan oleh BPK Gunung Mulia sebagai berikut :
Istilah bahasa Yunani untuk firman adalah Logos. Tetapi logos tidak hanya selalu berati firman, bisa juga berarti nalar. Bagi Yohanes dan para pemikir besar lainnya yang sudah biasa dengan ide itu, dua arti dari istilah logos tadi selalu berhubungan satu dengan yang lain. Kalau mereka memekai istilah logos, maka dibenak mereka terdapat dua arti itu sekaligus, yaitu Firman Allah dan Nalar atu Pikiran Allah. (Hal. 52)
Kita ingat bahwa logos berarti firman dan juga berarti nalar atau pikiran. Kita telah lihat bagaimana orang Yahudi mengerti tentang firman Allah yang kreatif dan penuh kekuatan. Sekarang kita melihat munculnya sisi yang lain dari pengertian tersebut. Kebijaksanaan atau Hikmat adalah agen Allah dalam pencerahan pikiran dan peristiwa kejadian. Hikmat dan Pikiran merupakan hal yang sama. Kita telah melihat, betapa penting Logos itu dalam arti Firman. (Hal. 53)
Hikmat mempunyai keberadaan abadi, fungsi pemberi hidup dan kekuatan kreatif. Menurut Yohanes hal-hal itu pulalah yang dimiliki oleh firman, sang logos. Dan Logos yang demikian itu oleh Yohanes disamakan dengan Yesus Kristus. (Hal.54)
Yesus adalah Logos tersebut, yang datang ke bumi. Firman itu telah menjadi daging. “Dengan kata-kata lain dapat kita katakan: “Pikiran Allah telah menjadi seorang pribadi.” (Hal. 61)
Yohanes 1:1
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
Yohanes 1:2
Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.
Pada permulaan Injilnya Yohanes mengemukakan tigal tentang firman itu; artinya Yohanes mengatakan tiga hal tentang Yesus. (Hal. 62).
(i) Firman itu telah ada di sini pada permulaan dari segala sesuatu. Pikiran Yohanes kembali kepada ayat pertama dari seluruh Alkitab. “Pada mulanya Allah meciptakan langit dan bumi” (Kej. 1:1). Apa yang hendak dikatakan oleh Yohanes adalah, bahwa firman itu bukanlah salah satu atau sebagian dari benda-benda yang diciptakan; firman itu telah ada disana sebelum penciptaan; firman itu bukanlah bagian dari dunia yang dijadikan di dalam waktu; firman itu adalah bagian dari kekekalan dan sudah ada bersama dengan Allah sebelum waktu dan dunia ada. Yohanes di sini berfikir tentang apa yang disebut pra-eksistensi Kristus. (Hal. 63)
(ii) Selanjutnya Yohanes mengatakan, bahwa firman itu ada bersama dengan Allah. Apa yang ia maksudkan? Yang ia maksudkan ialah bahwa selalu ada hubungan yang paling dekat antara firman dan Allah. Dengan kata-kata lain yang lebih sederhana, antara Yesus dan Allah selalu ada hubungan yang paling intim. Hal itu berarti bahwa tidak ada orang lain, kecuali Yesus, yang dapat memberitahu kita tentang rupa Allah, kehendak Allah, kasih, hati dan pikiran Allah. (Hal. 65)
(iii) Akhirnya Yohanes mengatakan, bahwa firman itu adalah Allah. Perkataan ini agak sulit kita mengerti. Kesulitan itu makin nyata oleh karena bahasa Yunani, yang dipakai oleh Yohanes, mempunyai cara yang tersendiri untuk mengutarakan sesuatu. Di dalam bahasa Yunani, kata benda selalu didahului oleh kata sandang. Di dalam bahasa Yunani kata untuk Allah adalah theos dengan kata sandang ho. Kalau orang Yunani berbicara tentang Allah, ia tidak hanya mengucapkan theos tetapi selalu ho theos. Sebaliknya kalau ada kata benda yang muncul tanpa kata sandang, maka kata benda tersebut lebih berarti kata sifat daripada kata benda. Di sini Yohanes tidak mengatakan bahwa firman itu adalah ho theos. Kalau ia katakan begitu maka secara tegas dapat diterjemahkan firman itu identik dengan Allah. Tetapi Yohanes mengatakan bahwa firman itu adalah theos, tanpa kata sandang ho, sehingga artinya ialah bahwa firman itu mempunyai keberadaan, esensi, kualitas dan karakter seperti Allah. Kalau Yohanes mengatakan bahwa firman itu adalah Allah, ia tidak maksudkan bahwa firman itu identik dengan Allah; yang ia maksud ialah bahwa Yesus begitu sempurna seperti Allah di dalam pikiran, hati dan keberadaan, sehingga di dalam Dia kita dapat melihat rupa Allah secara sempurna.
Jadi tepat pada permulaan kitab Injilnya Yohanes membeberkan, bahwa di dalam Yesus, dan hanya di dalam Dia saja, Allah telah dinyatakan kepada manusia; yaitu Allah yang ada dahulu, sekarang dan selanjutnya, dan yang mempunyai perasaan serta kehendak terhadap manusia. (Hal. 65-66)
Dari uraian tentang firman yang telah menjadi daging, yaitu Yesus Kristus, maka dapatlah kita percaya bahwa Yesus Kristus adalah Firman Allah yang telah menjadi manusia, namun yang perlu digarisbawahi adalah walaupun Yohanes mengatakan bahwa firman itu adalah Allah, ia tidak maksudkan bahwa firman itu identik dengan Allah; yang ia maksud ialah bahwa Yesus begitu sempurna seperti Allah di dalam pikiran, hati dan keberadaan, sehingga di dalam Dia kita dapat melihat rupa Allah secara sempurna.
Yang harus kita pahami dan yakini dari uraian-uraian diatas adalah bahwa Firman Allahlah yang menjadi manusia, bukan Allah yang menjadi manusia. Karena seperti yang kita ketahui bersama pada mulanya firman itu bersama-sama dengan Allah. Bersama-sama bisa diartikan sebagai sesuatu yang bersama dengan sesuatu yang berjalan beriringan, ada Firman dan Allah.
YESUS UTUSAN ALLAH
Kehadiran Yesus di dunia ini bukan atas kehendakNya sendiri, tetapi Yesus diutus oleh Allah untuk menyampaikan kehendak Allah dan dalam menyampaikan pesan-pesan Allah, Yesus telah memberikan teladan bagi kita, sehingga barangsiapa yang mengikuti teladan Yesus akan mendapatkan kemenangan dari kuasa yang jahat. Segala sesuatu yang dilakukan Yesus adalah benar adanya, sehingga kita tidak perlu ragu untuk mengikuti petunjukNya.
Dalam banyak pernyataan Yesus mengatakan bahwa Ia diutus oleh Allah, BapaNya, salah satunya adalah, "Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku." (Matius 10:40) lainnya dapat ditemui dalam -Mrk 9:37, Luk. 4:18, Luk. 9:2,48;10:16, Yoh. 3:17, dll.-. Karena Yesus adalah utusan Allah, maka yang dikerjakan Yesus bukanlah berdasarkan atas keinginanNya sendiri melainkan atas kehendak Allah yang mengutusNya, "Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku" (Yohanes 5:30), "Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku" (Yohanes 6:38).
Yesus sungguh menyadari bahwa diriNya adalah utusan Allah, sehingga dalam banyak peristiwa Ia seringkali mengatakan bahwa "Bapa (Allah) yang mengutus Aku (Yesus)"
YESUS BERDOA KEPADA ALLAH
Dalam menunaikan tugasnya sebagai utusan Allah, Yesus sadar bahwa Ia memerlukan Allah ada bersamaNya agar segala sesuatunya dapat berjalan sebagaimanamestinya, maka Ia pun senantiasa berdoa kepada BapaNya. Yesus mengajarkan kepada kita agar berdoa kepada Allah, sebagaimana yang Ia ajarkan kepada murid-muridNya dengan doa yang sangat terkenal itu, Doa Bapa Kami. Dalam doa tersebut nyata sekali bahwa Yesus memiliki hubungan yang sangat erat dengan Allah, Ia menyebut Allah sebagai BapaNya.
Berikut adalah tiga contoh doa yang Yesus sampaikan kepada BapaNya (AllahNya), sebagai berikut :
Yohanes 17:9
Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu
Markus 14:32
Lalu sampailah Yesus dan murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Kata Yesus kepada murid-murid-Nya: "Duduklah di sini, sementara Aku berdoa."
Yohanes 17:20
Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka;
KEMATIAN YESUS KRISTUS
Yesus mati dikayu salib, untuk apa Yesus mati di kayu salib?, sebagian besar denominasi gereja percaya bahwa kematian Yesus di kayu salib adalah untuk menebus dosa-dosa manusia. Namun ada pula kelompok lain yang mengatakan bahwa kematian Yesus di kayu salib sebagai bukti dari sebuah ketaatan, bahwa apabila kita hidup dalam ketaatan, maka kita akan beroleh kebangkitan untuk hidup yang kekal.
Apabila kita dihadapkan pada satu ayat dalam Kitab Perjanjian Lama
1 Raja Raja 8:32
maka Engkaupun kiranya mendengarkannya di sorga dan bertindak serta mengadili hamba-hamba-Mu, yakni menyatakan bersalah orang yang bersalah dengan menanggungkan perbuatannya kepada orang itu sendiri, tetapi menyatakan benar orang yang benar dengan memberi pembalasan kepadanya yang sesuai dengan kebenarannya.
Dari ayat tersebut diatas kita dapat memperoleh pelajaran berharga bahwa jika seseorang bersalah, maka orang tersebutlah yang harus menanggung kesalahannya sendiri dan apabila seseorang berbuat kebenaran, maka upah dari melakukan kebenaran itu adalah untuk orang yang berbuat benar tersebut.
Penulis :
Puji Raharjo, Dip.Th.